Konflik kelompok merupakan salah satu
permasalahan sosial yang sering ditemui dalam interaksi sosial. Terjadinya konflik
kelompok bisa disebabkan karena tidak sesuainya tujuan, maksud atau kesepakatan
antara pihak-pihak di dalam kelompok yang terlibat. Selain itu adanya
ketidaksesuaian antara harapan dengan realita juga bisa menjadi salah satu
penyebabnya.
Tipe Konflik Intergroup
Tajfel dan Turner (dalam Hewstone
& Cairns, 2006) membedakan tipe konflik intergroup menjadi dua tipe, yaitu
:
1.
Objective
vs Subjective Conflict
Konflik
objektif merupakan konflik yang memiliki sasaran atau tujuan yang jelas. MIsalnya,
kekuasaan, kekayaan, dan wilayah. Sedangkan konflik subyektif lebih kea rah faktor
psikologis (prasangka, stereotype).
2.
Explicit
vs Implicit Conflict
Konflik eksplisit (terbuka) adalah
konflik legitimasi dan institusional berdasarkan peraturan atau norma
(kompetisi antar group atau kompetisi world cup dalam sepakbola). Konflik
implicit (tersembunyi) adalah konflik yang mengacu pada perbedaan yang ada di
dalam kelompok diakibatkan ketiadaan institusi yang jelas.
Penyebab konflik antar kelompok (intergroup)
·
Kepentingan
sama.
Bila dua
kelompok memiliki kepentingan yang sama terhadap sesuatu, maka akan timbul
persaingan untuk mendapatkannya. Ketika persaingan terjadi, maka ada
upaya-upaya dari setiap kelompok untuk mendapatkan yang diinginkan, terkadang
merugikan pihak lain.
·
Streotype,
prasangka dan diskriminasi.
Streotype
adalah keyakinan tentang sifat-sifat pribadi yang dimiliki orang dalam
kelompok. Prasangka merupakan salah satu sikap yang cenderung negative. Diskriminasi
adalah perilaku berbeda dari pihak lain berdasarkan oleh keanggotaannya
kelompoknya.
·
Identitas
sosial
Setiap kelompok
mempunyai identitas sosial berbeda. Identitas suatu kelompok berkaitan dengan
atribut yang dimiliki. Seperti ciri-ciri, nilai yang dianut, tujuan dan norma. Identitas
sosial sangat berguna untuk proses katagori dan perbandingan sosial.
·
Ketidakadilan
Menurut teori
keadilan (equity theory), konflik terjadi karena adanya ketidakadilan dalam
distribusi yang membuat orang atau kelompok menjadi distress dan frustasi. Orang
atau kelompok lebih cenderung menilai sesuatu itu adil ketika hasil yang
diperoleh lebih menguntungkan bagi kelompoknya sendiri.
·
Perilaku
agresif
Ketika suatu kelompok menyerang
kelompok lain, maka kelompok yang diserang akan membalas. Hal ini akan bisa
berlanjut kepada konflik yang berkepanjanga
Ada beberapa langkah yang bisa
digunakan untuk mengurangi konflik intergroup, yaitu melakukan kontak
(komunikasi), berunding, menerima dan melakukan hasil kesepakatan bersama dan
melakukan evaluasi.
Contoh Konflik Kelompok
Di Indonesia terdapat berbagai macam
suku, bahasa dan budaya. Namun, dengan keberagaman itu tidak jarang menimbulkan
konflik antara kelompok suku dan agama. Salah satu contoh konflik kelompok yang
pernah terjadi di Indonesia adalah konflik poso. Pada awal November 1998 di
Ketapang Jakarta Pusat dan pertengahan November 1998 di Kupang Nusa Tenggara
Timur terjadi gerakan kerusuhan yang dimotori oleh umat Kristen. Kemudian disusul
dengan peristiwa penyerangan umat Kristen terhadap umat Islam di Wailete Ambon
pada tanggal 13 Desember 1998. Dan 2500 massa Kristen di bawah pimpinan Herman
Parino dengan bersenjata tajam dan panah meneror umat Islam di Kota Poso
Sulawesi Tengah pada tanggal 28 Desember 1998. Konflik ini terjadi dilandasi
kepentingan agama. Pada tanggal 20 Agustus 2001 umat Islam yang sedang memetic cengkeh
di kebunnya di desa Lemoro Kecamatan Tojo Kabupaten Poso diserang oleh 50-60
orang umat Kristen yang berpakaian hitam-hitam membunuh dua orang Muslim dan
mengobrak-abrik rumah-rumah orang Islam.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar